SINARGUNUNG.COM, JAKARTA | Akhirmawati Zendrato salah satu pegiat media sosial dari Nias mengatakan perlu kita ketahui dengan jelas faktor kematian babi massal yang terjadi di pulau Nias. Mengingat salah satu mata pencaharian warga Nias adalah beternak babi. Kita turut prihatin atas kejadian langka tersebut dan tentu ingin tau apa yang menyebabkan kematian secara serentak. Bicara soal adat istiadat suku Nias, ternak babi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam upacara-upacara sakral. Contohnya saja acara pesta pernikahan, syukuran bahkan dalam acara pemakaman orang meninggal. Daging babi menjadi menu utama sebagai simbol penghargaan bagi para tamu terhormat dan undangan.
Tidak dapat dipungkiri, bisnis ternak babi sangat menggiurkan bagi sebagian orang tidak terkecuali orang yang menetap di kota ikut memelihara ternak yang satu ini untuk diperjualbelikan dipusat-pusat perbelanjaan umum.
1 tahun yang lalu, tiba-tiba ternak babi di pulau Nias mati secara serentak, banyak peternak dalam jumlah besar mengaku rugi akibat kejadian itu. Dampak nya masih terasa hingga saat ini, daging babi harganya naik berlipat dari harga sebelumnya bahkan setara dengan harga daging sapi disebabkan karena faktor daging babi yang langka dan harus pesan dari luar pulau Nias.
Sungguh hal ini telah membawa duka disetiap hati mereka yang mengadakan pesta, dimana daging babi tidak dapat disuguhi diatas meja-meja tamu sebagai tanda penghormatan. Kebiasaan suku Nias dalam menjamu seluruh tamu undangan (kecuali tamu nonkristen), dengan menu utama adalah daging babi berubah dratis mejadi daging ayam yang dihidangkan diatas nampan sebagai pengganti “Simbi” daging khusus yang telah dipersiapkan untuk tamu terhormat. Hal ini menjadi pemandangan yang cukup lucu buat saya, karena saya sadar betul betapa pentingnya seekor babi dalam acara-acara besar di pulau Nias, namun tiba-tiba menjadi berubah 180° akibat ternak babi yang sudah mati secara serentak di pulau Nias.
Rasa penasaran pun menghampiri, beberapa keluarga yang berada di Nias saya hubungi untuk menggali informasi terkait kematian ternak babi diwaktu yang bersamaan. Fix saya mendapatkan informasi yang menurut saya amat penting, salah satu relasi saya bercerita bahwa ada 1 keluarga di desanya yang mengaku bahwa ternak babi nya sehat semua dan tidak ada yang mati seekor pun. Hal ini membuat semua orang yang mendengar heran dan penasaran, demikian kata relasi saya. Saya pun bertanya, boleh tau makanan yang disuguhi untuk ternak babi selama ini apa saja? Apakah ada dedak yang biasa orang beli di toko-toko? Ia mengaku, sejak dahulu mereka tidak pernah memberi makan ternak babi dari dedak yang dibeli dari pasar, mereka memelihara ternak babi dengan makanan alami seperti daun ubi, batang pisang yang masih muda, buah pisang, kelapa dan umbi-umbian, demikian relasi saya menjelaskan.
Saudara-saudaraku yang berada di Pulau Nias, kalian pernah kah mencari tau penyebab kematian babi di Pulau Nias secara serentak atau diwaktu yang bersamaan?
Lalu bagaimana dan sejauh mana pula pemerintah mengusut tuntas kejadian langka ini? Sudah kah pemerintah setempat melakukan investigasi? Sudah kah pihak dinas peternakan melakukan tugas nya dengan baik? Sejauh mana tindakan pemerintah dalam melakukan investigasi dan bagaimana pula hasil riset nya. Lalu bagaimana pula peran DPRD (wakil rakyat) menanggapi kejadian ini? Sudah kah melaksanakan tugas nya sebagai pendamping rakyat, penyambung lidah rakyat atau pura-pura tidak tau derita rakyat? Harus kita akui, pernyataan Gubernur Sumatera utara untuk memusnahkan babi di wilayah nya sebelum kasus kematian babi massa…
Pemerintah loyo?
Nias tetaplah Nias, kita tidak akan bisa merubah adat istiadat daerah tertentu dengan cara kita, kalau pun hal itu terjadi pasti akan ada pertumpahan darah. Inti nya kita harus bisa menyesuaikan diri di manapun tinggal, kita tidak boleh memaksakan orang lain untuk ikut adat atau budaya kita. Yang terpenting berpatokan pada norma-norma yang berlaku dan saling mengharagai perbedaan, tidak ada yang merasa paling menonjol dan tidak ada pula yang merasa terdiskriminasi. Hargai dan cintailah perbedaan, karena perbedaan yang menjadikan kita indah. Bayangkan saja bila Tuhan menciptakan manusia muka nya sama, hati nya sama, pikiran nya sama, semua hal sama, bukan kah kehidupan tidak ada seni nya lagi?
Kalau tidak ingin jadi manusia yang bertoleransi, jadilah kambing saja dijamin muka nya sama persis dengan kambing yang lain bahkan sifatnya juga sama, karakter dan kebiasaannya sama. Tidak ada sifat intoleransi diantara para kambing, karena Tuhan menciptakan mereka sama tanpa perbedaan. ungkap Akhirmawati
Apabila ingin jadi makhluk Tuhan yang paling mulia, maka hargailah karya Tuhan yang telah menciptakan kita beda, jika wajah kita sama semua seperti kambing bukan kah jadi bingung hari ini kawin dengan siapa besok dengan yang lain karena rupa nya sama. Manusia di ciptakan Tuhan begitu unik, jangan merubah nya lagi. Tapi pelihara lah dengan damai dan penuh kasih, jangan merusak tatanan hidup yang telah Tuhan buat demikian indah, penuh seni dan sungguh sempurna. pungkasnya
Sumber : Akhirmawati Zendrato